Monthly Archives: September 2014

KEHIDUPAN AGAMA EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KERAJAAN SAMUDRA PASAI DAN ACEH

KEHIDUPAN AGAMA EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KERAJAAN SAMUDRA PASAI DAN ACEH

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa kita  panjatkan  kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,   berkat rahmat beserta hidayah-Nya  saya dapat menyelesaikan  laporan yang  berjudul “KEHIDUPAN AGAMA EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KERAJAAN SAUMDRA PASAI DAN ACEH” ini.

Laporan ini menjadi salah satu tugas terstruktur dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia. Oleh karena itu, penyusunan laporan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang kehidupan agama, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Samudra Pasai dan Aceh.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada  guru pembimbing yang selalu memberi banyak masukan dan juga kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan hasil laporan ini.

Saya menyadari bahwa hasil laporan ini belum sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan pada hasil laporan ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Wonosari, 16 Maret 2014

Penyusun

Andreas Wahyu N

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Sejarah kerajaan Samudra Pasai, tidak terlepas dari Islamisasi Nusantara, khususnya di Sumatra. Karakteristik agama Islam yang fleksibel dan dapat merakyat dikalangan masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung masuknya Islam di Nusantara. Bahkan sampai sekarang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Islamisasi itu sendiri berawal  kira-kira dari abad ke-7 sampai sekarang. Berita awal abad ke-16 M dari Tome pires dalam suma oriental (1512-1515) mengatakan bahwa di Sumatra, telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang kecil.

Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi AcehIndonesia. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai sendiri tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang pra pedagang asing. Juga menjadi tempat transmigrasi oleh para pedagang asing, seperti Cina, Arab, India dan lain lain. Sebagai tempat jalur perdagangan Samudra Pasai juga menjadi persinggahan budaya dan agama. Namun tidak pula terlepas dari akulturasi budaya yang dihasilkan dari percampuran dua budaya.

Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Salah satu dari sederetan nama kerajaan Islam terbesar di Indonesia ialah kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini berdiri pada tanggal 12 Zulqaidah tahun 916 H /1511 M. bersamaan dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.

Sebenarnya tatkala orang-orang Portugis mulai menginjakkan kaki di Malaka awal abad ke-16, Aceh masih merupakan kerajaan taklukan kerajaan Pidie, yang terletak di Sumatera Utara , akan tetapi berkat jasa Sultan Ali Mughiyat Syah Aceh akhirnya mampu melepaskan diri dari pengaruh Pidie dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh dan bahkan pada babak berikutnya Acehlah yang kemudian menjadi sentral kekuasaan di wilayah Sumatera Utara tersebut: Pasai, Daya termasuk pula Pidie yang dulunya menjadi kerajaan atasan Aceh.

Karena keberhasilannya, melepaskan Aceh dari pengaruh Pidie. maka Sultan Ali Mughiyah Syah yang juga terkenal dengan sebutan Sultan Ibrahim menjadi penguasa pertama (1514-1528 M.) sekaligus sebagai pendiri kerajaan Aceh Darussalam. Di bawah kepemimpinannya, Aceh terus melaju ke arah sukses yang semakin gemilang; baik dibidang konsolidasi politik, ekonomi atau ekspansi (perluasan wilayah). Dalam menjalankan ekspansinya, disamping bermotifkan politis, ekonomi juga tidak bisa dipungkiri adanya motif agama. Hal ini dapat dilihat ketika kerajaan yang baru keluar dari embrionya itu mengadakan penyerbuan ke Pidie vang telah bekerja sama dengan Portugis (non-Muslim).

Sepeninggal Sultan Ali Mughiyat Syah, jalannya pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah. Pada masanya ekspansi terus dilaksanakan sebagaimana pendahulunya. Untuk meluaskan wilayahnya ke Barus ia mengutus suami saudara perempuannya yang kemudian oleh Sultan diangkat sebagai Sultan Barus.

Setelah Sultan Alauddin Ri’ayat meninggal dunia, ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama Husein. Padahal sebelumnya dua orang putranya yang lain masing-masing telah diangkat sebagai Sultan Aru dan Sultan Pariaman dengan sebutan Sultan Ghari dan Sultan Mughal sehingga tampilnya Sultan Husein menggantikan ayahnya itu menimbulkan rasa cemburu dan tidak suka saudara-saudaranya yang berkedudukan di Aru ataupun di Pariaman. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Sultan yang berkedudukan di Barus.

Sebagai akibatnya maka terjadilah perlawanan dan ketiga Sultan tersebut terhadap Sultan Husein. Dalam pertempuran itu Sultan Husein gugur, demikian pula Sultan Aru. Sehingga yang tinggal hanyalah Sultan Panaman.

Semenjak kematian Sultan Alauddin kemudian diganti oleh sultan-sultan berikutnya, Aceh mengalami kemunduran; banyak daerah yang tadinya berada dibawah pengaruhnya meiepaskan diri akibat kurang intensifnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh sultan-sultan pengganti Alauddin dan pengaruh penetrasi Portugis. Baru setelah Sultan Iskandar Muda tampil sebagai penguasa Aceh keadaan bisa pulih seperti sedia kala, bahkan lebih memperluas lagi daerah taklukannya.

Selanjutnya, untuk mengetahui kehidupan agama, ekonomi, sosial, dan budaya kerajaan Samudra Pasai dan Aceh akan dibahas di laporan ini.

  • Rumusan Masalah
  1. Bagaimana kehidupan agama masyarakat kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
  2. Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
  3. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
  4. Bagaimana kehidupan budaya masyarakat kerajaan Samudra Pasai dan Aceh?
  • Tujuan

Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk mempermudah pembelajaran dan kita bisa lebih mengetahui tentang kehidupan agama, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Samudra Pasai dan Aceh.

Read the rest of this entry